Seorang pelukis
berasal dari cina yang dilahirkan di Cina, Ghuangzhaou, caton pada tahun
1913. ayahnya yang seorang pedagang meninggal pada tahun 1930 saat
mereka di Singapore .
Setelah ayahnya meninggal Lee Man Fong harus menghidupi adik-adiknya
dan ibunya. Dengan kemampuan melukisnya dia menghidupi keluarganya, tapi
pekerjaan itu dirasa kurang cukup, Kehidupan yang terasa berat dan
kurang membuat Lee man Fong hijrah ke Jakarta pada tahun 1932, dan
mencoba pruntungannya di Indonesia. Lee Man Fong pun bekerja sebagai
pelukis komersil dan juga bekerja di agen periklanan.
Pada
tahun 1936 pemimpin asosiasi Hindia Belanda Timur mengundang Lee Man
Fong, yang dikenal sebagai pelukis otodidak, untuk berpartisipasi dalam
pameran lukisan yang akan diadakan di belanda, sebelumnya pameran ini
diadakan hanya untuk para pelukis yang berkebangsaan belanda. Tentu saja
undangan ini dianggap sangat luar biasa, dan hal itu membuat marah
komunitas seniman belanda, karena diluar kebiasaan komunitas seniman
setempat.
Setelah tahun 1940an, Lee Man Fong mencurah kan segenap waktunya untuk melukis, dia datang ke Bali tempatnya dia bekerja, dan mempersiapkan pameran tunggalnya di Jakarta dan Bandung . Pameran tunggalnya yang di Jakarta dilaksanakan pad mei 1941.
“saya
suka Indonesia” kalimat itu yang sering terlontar dari mulut Lee Man
Fong, maka ketika jepang datang ke Indonesia dan hendak menjajah
Indonesia,secara gerilya Lee Man Fong turut serta melawan fasisme jepang
hingga akhirnya dia harus terpenjara selama 6 bulan pada tahun 1942.
untunglah dia ditolong oleh Takahashi Masao seorang opsir yang juga
seniman ikebana (rangkaian bunga). mereka berkenalan hingga Takashi
Masao tahu kalau Lee Man Fong adalah seorang seniman dan dia tertarik
dengan potensi yang dimilikinya maka Lee Man Fong pun dibebaskan.
Pada tahun 1949, Lee Man Fong di beri beasiswa oleh pemerinta Belanda untuk belajar melukis di Holland
selama 3 tahun. Selama itu juga dia sempat mengadakan beberapa pameran
tunggal. Dari pameran-pameran ini Lee Man Fong mendapatkan kesuksesan.
Tahun
1952 presiden Soekarno sebagai pecinta seni lukis datang ketempat Lee
Man Fong di Jalan Gedong, semangat Lee Man Fong semakin terpacu. Dan
pada tahun 1955 dia mendiri kan
sebuah perkumpulan yin hua, sebagai organisasi pelukis tionghoa, yang
berada di Lokasari, Jakarta Kota, sering mengadakan pameran. Presiden
Soekarno pun sering menghadiri pameran tersebut, bahkan saat lukisan yin
hua berada di Tiongkok , Lee Man Fong bertindak sebagai ketua delegasi.
Dan itu sangat membuat presiden Soekarno salut juga bangga.
Lukisan
Lee Man Fong sangat disukai presiden Soekarno karena lukisan Lee Man
Fong dipandang seperti ventilasi ditengah sibuknya revolusi. Maka pada
tahun 1961 Lee Man Fong diangkat resmi menjadi pelukis istana dan warga Indonesia dan semenjak itu dia bekerja untuk Presiden Soekarno untuk waktu lama.
Tapi setelah diangkat menjadi pegawai resmi istana, dan bertugas mengurus koleksi sang presiden, Lee
Man Fong merasa ada yang kurang, karena Lee Man Fong bukanlah seorang
pekerja kantoran yg terbiasa dengan jam kerja, lingkungan yang
protokoler, dan harus selalu patuh terhadap Presiden. Semua itu tak
mudah bagi Lee Man Fong. Akhirnya Lee Man Fong mengajak sahabatnya Lim
Wasim yang seorang pelukis juga sebagai asisten Lee Man Fong dan
Presiden Soekarno pun menyetujuinya.
Pada
masa Presiden Soekarno harus turun, dan keadaan politik di Indonesia
sangat kacau, Lee Man Fong pun akhirnya terpaksa harus “lari” ke
Singapore, sempat lama tinggal di Singapore dan dianggap tokoh besar
Singapore dan pelukis Singapore.
Pada tahun 1985, Lee Man Fong kembali ke Indonesia dan pada tahun 1988 dia meninggal di Puncak, Jawa Barat, karena sakit liver dan paru-paru yang di deritanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar